Coral atau dalam bahasa Indonesianya terumbu karang merupakan kerajaan kehidupan yang sangat kaya warna. Sebuah terumbu berisi jutaan jaringan alga bersel satu yang disebut zooxanthelae. Keduanya bersimbiosis dan membentuk sebuah karang yang indah. Alga berfotosintesis menghasilkan makanan bagi sang terumbu dan terumbu menjadi rumah bagi alga.
Karena suatu kondisi, alga mengalami kematian. Umumnya disebabkan oleh tekanan lingkungan seperti adanya pencemaran. Akibat dari kematian alga, jaringan terumbu menjadi menjadi pudar sehingga warna putih kalsium karbonat yang seperti tulang kelihatan. Peristiwa itulah yang disebut bleaching atau pemutihan. Mirip seperti kita mencuci baju yang terkena noda dengan cairan pemutih. Dalam tekanan lingkungan yang normal, terumbu bisa pulih dan alga akan tumbuh lagi seperti sediakala. Tapi ketika pencemaran semakin parah, terumbu dapat terancam mati secara massal. Butuh bertahun-tahun untuk mengembalikan kondisi seperti semula.
Ancaman terhadap terumbu karang biasanya disebabkan oleh polusi dari pupuk, limbah, racun buatan manusia, sedimentasi dan eksploitasi yang berlebihan. Sedangkan ancaman secara globalnya adalah kenaikan suhu air laut. Karena terumbu hidup di wilayah yang berada di atas batas temperatur di pesisir2 pantai. Sehingga perubahan suhu yang kecil sekalipun, 1-2 derajat celsius saja dalam beberapa minggu dapat mengakibatkan kematian.
Oleh karena itu kesadaran lingkungan akan bahaya gas karbondioksida dari pembakaran bahan bakar fossil sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan penelitian, kenaikan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer kita yang mengakibatkan kenaikan suhu permukaan air laut merupakan salah satu penyebab dari kematian terumbu karang dalam 3 dekade terakhir.
Efek berikutnya dari kematian terumbu karang adalah berubahan komposisi ekosistem terumbu. Yang selanjutnya mengakibatkan perubahan berantai seluruh laut. Terumbu karang telah bertahan dari perubahan lingkungan selama jutaan tahun. Namun laju perubahan lingkungan global dewasa ini dapat terjadi dalam kecepatan yang tak terduga akibat aktifitas manusia. Sehingga nasib terumbu karang di masa depan akan semakin tak menentu.
Disarikan dari "Guide to green planet"
Editor: Jules Pretty.
Penerbit: University of Essex
Tahun 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar